Ulasan Buku: Jogja Bawah Tanah
Sebagai orang yang sudah jalan-jalan ke Jogja dan menikmati beberapa hal disana, buku ini sangat menarik. Ada banyak hal-hal tersembunyi yang tidak cukup banyak diketahui oleh mereka yang memuja Jogjakarta.
Ini adalah kumpulan esai dari beberapa orang, kemudian dirangkum dalam satu buku. Sebelum esai ini diterbitkan, hampir semua penulis melakukan observasi dan wawancara mengenai topik yang diangkat. Seperti membaca catatan perjalanan, disediakan juga gambarnya.
Ada kisah soal “Kedai Rukun” yang saat ini juga sudah hadir di Jakarta. Asal mula hingga bagaimana mereka mengolah rumah menjadi tempat hangat bagi siapapun yang berkunjung dan makan. Dibaliknya ada cerita haru.
Atau soal “Olive Fried Chicken” yang digadang-gadang akan menjadi oleh-oleh khas Jogja. Tidak hanya penyelamat bagi pelajar atau mahasiswa. Terlebih ia berdiri karena sepasang kekasih yang suka makan ayam.
Atau ada lagi soal Pogung, tempat yang familiar dikalangan pelajar atau juga mahasiswa. Ternyata memiliki banyak portal dan berbentuk seperti labirin yang menyesatkan. Sudah banyak yang tersesat saat malam hari.
Pun Babarsari yang katanya jadi tempat paling anarkis, sampai disetarakan dengan Gotham City. Bahkan katanya Babarsari ini bisa lebih jahat dari Joker sekalipun. Berbagai peristiwa menjadi saksi ditempat ini.
Jogjakarta dengan julukan “Kota Pelajar” memang digandrungi oleh siapa saja untuk menuntut ilmu. Maka kebutuhan kosan juga menjadi tinggi. Isu soal beberapa kosan putra/putri hanya kedok? Tapi sebenarnya kosan LV?!
Jogja Bawah Tanah benar-benar menarik (apalagi kalau pernah hidup sekian lama di Jogja). Isinya dikemas dengan ringan, informatif, edukatif, dan beberapa lagi jenaka. Mungkin sebagaian orang akan merasa tidak relate, namun ini masih tetap jadi bacaan seru untuk menyelami Jogja.